
GARAP SAWAH. Nampak seorang petani tengah menggarap sawah guna dilakukan masa tanam.foto:nurviapahlawanita/suarawarga.id
Oleh : Entang Sastraatmadja
Ada pertanyaan penting dan serius yang butuh jawaban nyata. Benarkah sekarang ini Indonesia tengah dihadapkan pada krisis petani ? Jawabannya tegas : ya….
Indonesia saat ini mengalami krisis petani. Jumlah petani di Indonesia terus berkurang, dan sebagian besar petani yang masih aktif berusia lanjut.
Di Tanah Merdeka ini, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), petani berusia 45-49 tahun mendominasi sektor pertanian, sementara petani muda berusia 30-44 tahun hanya sekitar 24,06%. Bahkan, petani muda berusia 19-39 tahun hanya sekitar 9% atau 2,7 juta orang dari total petani. Pelan tapi pasti, jumlah petani muda semakin berkurang.
Ada beberapa penyebab, mengapa negeri agraris ini sampai harus mengalami krisis petani. Paling tidak, ada tiga faktor utama yang jadi penyebabnya. Pertama, kurangnya minat generasi muda. Banyak generasi muda yang lebih tertarik mencari pekerjaan di kota dan tidak kembali ke desa untuk menjadi petani.
Kedua, profesi petani tidak dianggap menguntungkan. Banyak orang yang menganggap profesi petani tidak membanggakan dan tidak menguntungkan. Dan ketiga, karena pendidikan dan keterampilan. Tingkat pendidikan pemuda desa yang meningkat membuat mereka lebih selektif dalam memilih pekerjaan, dan banyak yang tidak cocok dengan keterampilan dan pendidikan yang dimiliki untuk bekerja di sektor pertanian.
Lalu, dampak apa yang paling terasakan jika suatu saat terjadi krisis petani ? Jawabannya, pasti ketahanan pangan terancam. Penurunan jumlah petani dapat mengancam ketahanan pangan Indonesia karena kurangnya tenaga kerja produktif di sektor pertanian. Selanjutnya, perlu segera ada
regenerasi petani. Pemerintah perlu melakukan regenerasi petani untuk meningkatkan jumlah petani muda dan meningkatkan produksi pangan.
Dengan demikian, krisis petani di Indonesia perlu segera ditangani untuk memastikan ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani tetap terjaga dengan baik. Hal ini patut dicermati karena kita meyakini bahwa tanpa kehadiran petani, boleh jadi yang namanya swasembada beras dan swasembada pangannpyn tidak akan pernah terwujud.
Ya, benar bahwa tanpa petani, tidak akan ada swasembada beras. Petani memainkan peran penting dalam produksi beras, karena merekalah yang menanam, memelihara, dan memanen padi. Kerja keras dan kerja cerdas para petani selama kurang lebihb100 hari itulah yang membuat priduksi beras secara nasional untuk tahun ini diproyeksikan meraih 34,6 juta ton.
Atas gambaran ini, dapat ditegaskzn peran petani dalam pencapaian swasembada beras antara lain dalam hal produksi padi. Petani bertanggung jawab untuk menanam dan memanen padi, yang kemudian diolah menjadi beras. Petani pun diberi kehormatan oleh negara menjadi sktor utama dalsm proses penggenjotan produksi selama ini.
Selanjutnya, ketersediaan pangan*: Produksi padi yang cukup dapat memastikan ketersediaan pangan yang stabil dan memadai bagi masyarakat. Bahkan bisa neningkatan pendapatan. Petani yang produktif dan efisien dapat meningkatkan pendapatan mereka dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Di sisi lain, kita juga jangan sampai menutup mata atas tantangan dan rintangan yang bakal kita hadapi dalam mencapai swasembada beras. Rintangan itu antara lain, ketersediaan lahan yang memadai dan produktif sangat penting untuk produksi padi. Kemudian, lemahnya teknologi dan infrastruktur.
Penggunaan teknologi dan infrastruktur yang memadai dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas petani. Dan terakhir, terkait dengan dukungan pemerintah. dalam bentuk kebijakan, subsidi, dan bantuan teknis dapat membantu petani meningkatkan produksi dan pendapatan mereka.
Dengan demikian, peran petani sangat penting dalam mencapai swasembada beras, dan pemerintah perlu memberikan dukungan yang memadai untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan meningkatkan produksi pangan. Lebih penting lagi, Pemerintah perlu menjamin bahwa berkiprah jadi petani, tidak akan hidup sengsara dan melarat
Untuk otu, agar petani tidak punah, beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kesejahteraan petani, memberikan insentif, subsidi, dan bantuan teknis untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Kemudian, mempercepat berjalannya
regenerasi petani melalui langkah mendorong generasi muda menjadi petani dengan memberikan pelatihan, pendidikan, dan kesempatan untuk mengembangkan usaha pertanian.
Selanjutnya, memberikan akses ke teknologi pertanian modern, seperti mesin pertanian, irigasi, dan sistem informasi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Atau bisa juga
membantu petani meningkatkan akses ke pasar yang lebih luas, baik domestik maupun internasional, untuk meningkatkan pendapatan mereka. Kemudian, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya peran petani dan pertanian dalam kehidupan sehari-hari.
Mengingatkan Pemerintah untuk melahirkan kebijakan yang mendukung petani, seperti subsidi, bantuan teknis, dan perlindungan harga. Dan tentu saja, membangun infrastruktur yang memadai, seperti jalan, irigasi, dan gudang, untuk mendukung kegiatan pertanian. Dengan melakukan langkah-langkah tersebut, diharapkan petani dapat terus berkembang dan menjadi tulang punggung perekonomian negara. (PENULIS, KETUA DEWAN PAKAR DPD HKTI JAWA BARAT).